Sebenarnya tulisan ini tidak saya niatkan menjadi surat terbuka atau surat pembaca, hanya sedikit kekesalan malam ini karena cashless society yang tidak berjalan sesuai harapan. Seandainya teman-teman yang baca sedikit terusik, jadikan cerita ini sebuah pembelajaran.

Saya adalah orang yang tidak suka membawa uang tunai (cash) dalam jumlah banyak di dompet yang penting ada buat sekedar beli bensin kalau kehabisan atau beli nasi telur di burjo kalau kelaparan, selain alasan keamanan, saya juga menganggap bahwa penggunaan uang kertas adalah tindakan buang-buang uang, karena biaya cetak uang juga membutuhkan biaya berupa uang, bingung? Biarlah. Selain itu, saya juga terkesan dengan cerita Siska bahwa di Gotteborg, Swedia sana, uang tunai jarang ditemui, tiap merchant hingga warung kecil di pasar menerima pembayaran non-tunai dan memiliki mesin EDC masing-masing. Saya jadi suka cashless transaction dan jadi bagian dari cashless society.

Berawal dari kabar Siska gajian dan katanya gajinya udah masuk ditransfer ke rekening bank dia, akhirnya saya diajak untuk makan di rumah makan yang baru saja diresmikan, sebut saja "Bebakaran", buka puasa bersama ceritanya. Kami sebagai manusia males ribet, memang kurang suka bawa uang tunai (cash) yang banyak, jadilah berharap rumah makan tersebut punya mesin EDC (Electronic Data Capture) biar bisa bayar dengan kartu debit, karena sebelum rumah makan baru itu diresmikan, pengelola rumah makan yang dulu menempati tempat tersebut bisa bayar dengan kartu debit. Kemudian saya kesal, karena saya harus mengeluarkan uang tunai yang tinggal 80 ribu itu.

[caption id="attachment_4183" align="alignnone" width="690"]Ini lho EDC Ini lho EDC[/caption]

Kemudian Siska ngajakin nonton, lalu minta dicarikan tiket, lalu saya buka aplikasi yang biasa saya gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, sekalian coba fitur baru yang konon katanya bisa beli tiket bioskop online, kebetulan saya juga punya wallet balance yang cukup di aplikasi tersebut. Dipesanlah 3 tiket untuk malam ini. Saya senang, transaksi yang ini beneran cashlessliterally cashless.

Pergilah kami ke bioskop yang berada di Sahid JWalk, ya, CGV blitz namanya. Print tiket nonton, selesai. Tapi kami haus dan butuh camilan selama nonton, sebelum memesan, saya sudah tanyakan apakah bisa bayar dengan debit Bank Syariah Mandiri, staff CGV menjawab bisa, sepakat lah Siska bayarin paket Combo Large dan Milo, yang total pembelian jadi 77.000 IDR.

Ternyata staff CGV kesulitan memproses pembayaran, saya perhatikan dia menggunakan EDC untuk CIMB Niaga, tapi gagal setelah 2 - 3 kali mencoba, lalu dilanjut dengan EDC Bank Central Asia. Yang saya heran adalah, saat menggesek kartu di EDC BCA, ada muncul tulisan PIN Invalid, padahal mesin EDC belum meminta PIN, lalu saya bilang "Loh, kok gak diminta PIN udah muncul error PIN invalid?" tapi tidak ada respon dan staff CGV masih terlihat sibuk dan kebingungan.

Entah sudah berapa kali percobaan, akhirnya muncul dialog untuk memasukan PIN di EDC, lalu saya minta Siska memasukan PIN, dan muncul status "Order Rejected", kemudian saya tanya "Gak bisa ya mbak? Saya ambil uang ke ATM dulu deh." sebelum pergi ke ATM, saya tanya ke staff CGV lokasi ATM di dalam JWalk ada di mana, tapi ternyata dia bilang ATM harus keluar dulu, cari di kampus UAJY, setengah tidak percaya, saya turun ke lantai dasar JWalk, dan menanyakan lokasi ATM ke pusat informasi, jawabannya "Kami belum ada ATM beroperasi, sudah kami ajukan ke management tapi belum ada ATM yang beroperasi." saya cuma bisa merespon "What The F*ck" dalam hati, lalu bilang "Mbak, bilang sama management, cepetan bikin ATM center." dan dia mengangguk.

Sampai saya di ATM Bank Mandiri UAJY, berniat mengambil uang dari ATM milik Siska yang tadi, akhirnya saya niatkan ambil 200.000 IDR saja, biar ada sisa buat nanti beli sahur, tapi saya kaget, muncul semacam pemberitahuan kalau saya sudah melampaui batas kesalahan penggunaan PIN. Bertambah deh momen WTF malam ini. Buru-buru saya telpon Siska yang masih berdiri depan kasir, saya kasih tau kalau ATM dia kena blokir lalu saya hubungi beberapa teman saya, akhirnya ada yang mau bantu transfer uang ke dua rekening saya yang berbeda.

Saya balik ke CGV blitz saat itu juga karena film sudah mau dimulai, saya jelaskan ke staff CGV bahwa ATM saya kena blokir karena kesalahan prosedur transaksi di EDC tadi yang memproduksi kesalahan pengiriman PIN hingga transaksi di EDC statusnya rejected, doi malah saranin untuk nonton dulu filmnya dan ninggalin KTP karena status makanan dan minuman sudah purchased dan tercetak.

Teman saya baru selesai transfer saat film diputar, satu transfer ke rekening CIMB Niaga berhasil masuk, dan yang ke BCA tertahan karena transaksi sudah melampaui batas pukul 21.00, padahal ini transfer sesama BCA, saya juga heran kenapa BCA punya aturan macam ini, nonsense. Selesai film, saya memburu kasir dengan harapan bisa langsung bayar dan ambil KTP lalu pulang, tapi ternyata saya harus bayar dengan cash, karena metode pembayaran yang tercatat di sistem adalah cash. LAH? Harus turun lagi dong ke ATM? Saya meninggalkan kasir dengan mengangkat tangan ke staff CGV, saya sudah lelah saat itu.

Saya kembali berjalan ke ATM yang ada di Atma Jaya yang sebelah kanan JWalk, tapi ternyata pintu ATM tidak bisa dibuka, saya tanya ke satpam di situ dan mendapati jawaban ATM sudah dikunci dan tidak bisa digunakan lagi, saya tau bapak satpam akan menyarankan untuk ke ATM kampus seberangnya, lalu saya langsung mengucaptkan terimakasih dan pergi karena saya sudah mulai lelah dengan kekonyolan malam ini. Ternyata tidak ada ATM CIMB Niaga di kampus seberang, tapi masa bodoh, yang penting bisa ambil cash, bayar utang ke CGV, ambil KTP lalu pulang.

Kekonyolan malam ini disebabkan oleh:

  1. Staff CGV blitz yang kurang terlatih dan kurang paham akan penggunaan mesin EDC sebagai alat pembayaran sehingga satu ATM menjadi korban blokir karena salah PIN, bukan salah PIN sih, tapi mengirim request transaksi tanpa PIN berulang-ulang dan tercatat sebagai "kesalahan PIN".
  2. Pihak Sahid dengan konyolnya membuka pusat perbelanjaan, katakanlah mall JWalk tanpa tersedianya ATM center di dalam gedungnya, padahal jika dibandingkan dengan Hartono Mall yang baru buka sekitar sebulan, Hartono Mall sudah memiliki beberapa unit ATM walaupun belum lengkap.
  3. Kebijakan entah itu dari kampus Atma Jaya atau dari tiap bank yang menyimpan mesin ATM di lokasi tersebut untuk mengunci / menggembok pintu ATM setelah jam tertentu.

Kekonyolan malam ini mengakibatkan:

  1. Saya jadi kelelahan dan buang-buang waktu serta tenaga untuk bolak-balik ATM.
  2. Saya jadi punya utang ke dua orang.
  3. Siska harus buang waktu untuk reset PIN ATM ke bank besok pagi.

Jadi, cashless society di Indonesia? Masih jauh dari angan, jauh sekali.